Kamis, 12 Februari 2009

Saat Biduk Mulai Karam

Sebuah kata-kata penguatan aku terima siang ini, mungkin benar saat ini aku sedang dihadapkan oleh sebuah pilihan yang bagiku sama-sama sulitnya. Mungkin tidak terlalu sulit seandainya keadaan sama seperti dulu, tapi tidak untuk saat ini.

Aku bingung, iya pasti..
Mencoba mencari sebuah pembenaran diri, melalui batas pikir yang begitu sempitnya.
Ketakutan-ketakutanku tak pernah ada yang bisa memahaminya.
Karena hanya aku yang hanya mampu merasakan.

Dua Pilihan :
Tetap Tinggal Atau Melangkah Pergi
Biduk ini hampir karam, ada kesempatan melangkah pergi dengan sebuah kepastian, ataukah aku harus mencoba untuk tetap tinggal dan berusaha tidak tenggelam.

Masing-masing mempunyai konsekuensi yang berbeda. Untuk hidupku, untuk langkahku.
Terlalu berat..berat sekali..
Cepat atau lambat jawabanku memang dinanti.

" Jalan menuju bahagia dan sukses tidak selalu lurus"
" Ada tikungan bernama kegagalan"
" Ada bundaran bernama kebingungan"
" Ada tanjakan bernama teman dan lawan"
" Lampu merah bernama musuh"
" Lampu kuning bernama keluarga"
" Kamu akan mengalami ban kempes dan pecah"
" Itulah Hidup"
" Tapi jika kamu membawa ban serep bernama TEKAD"
" Mesin bernama KETEKUNAN"
" Asuransi bernama IMAN"
" Pengemudi bernama TUHAN"
" Sampailah di daerah yang disebut SETIA, SUKSES, dan BAHAGIA"


Thanks Om jab buat smsnya!